Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
khususnya sejarah, bagi sebagian orang masih dianggap sebagai pelajaran nomor
dua atau bahkan lebih. Ini bukan sekedar asumsi semata. Tapi berdasarkan fakta
yang ada bahwa memang sebagian besar pelajar lebih menyukai atau terpaksa
menyukai pelajaran eksak daripada pelajaran-pelajaran sosial. Hal ini memang
tidak terlepas dari sistem kurikulum pendidikan kita di Indonesia saat ini -yang
merupakan warisan dari sistem kurikulum pendidikan sebelumnya- lebih
mengunggulkan mata pelajaran yang berbau eksak daripada yang berbau sosial atau
juga bahasa. Bagi siswa-siswa yang duduk di bangku Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA)
baik yang berbentuk Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Madrasah Aliyah (MA),
lebih terdorong untuk masuk di program IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) daripada
masuk di program IPS ataupun Bahasa. Banyak alasan para siswa untuk memilih
program IPA dibanding dengan IPS atau Bahasa. Diantaranya adalah bahwa program
IPA/ eksak dianggap lebih luas jangkauanya untuk melanjutkan, ilmunya lebih
mendalam, lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan, secara prestise bagi yang di
program IPA lebih pandai daripada yang di program IPA atau Bahasa.