Satu pertanyaan sederhana, tapi perlu jawaban yang panjang
dan sedikit teorits untuk menjawabnya.
Hari ini adalah hari yang benar-benar melelahkan, karena harus
ada ujian mid semester mata kuliah statistik. Salah satu matakuliah yang
menjadi momok paling “menakutkan” di semester ini. Dan ternyata tidak hanya
saya saja yang mengalami hal serupa. Satu kelas mengalami hal yang sama untuk
mata kuliah ini. Yakni merasa tidak bisa dengan semuanya. Akhirnya terjadilah
contekan masal, meski memang dosennya memberikan kebebasna untuk bisa membuka
buku materi. Tapi tetap saja merasa kesulitan karena memnag hati ini belum
nggeh dengan materi yang disampikan dosen.
Mungkin ini bisa menjaid pelajaran untuk sistem pendidkan
kita. Dimana kita diminta belajar tentang sesuatu tapi kita tidak pernah tahu
untuk apa semua materi yang dijelaskan oleh pengajar tersebut. Sistem kurikulum
pendidikan yang ada sekarang memang seperti itu. Istilah lainya tuntutan
kurikulum supaya mengahbiskan materi yang telah ditetapkan, tapi siswa tidak
pernah diajak berdialog untuk menentukan materi apa yang akan dipelajari hari
ini dan manfaatnya untuk masa depan nanti. Mungkin baiklah apa yang dikatakan
bahwa pendiidkan saat ini memang untuk persiapan masa depan kita. Sehingga semua
mata pelajaran disajikan. Dengan harapan siswa bisa mengambil makna dari setiap
apa yang diajarkan oleha guru. Tapi kenyataan yang ada, ternyata hanya sebagian
saja dari siswa yang mampu menangkap semua materi yang disampaikan oleh guru,
terlepas dari cara menyampaikan dan materi yang diajarkan, kebanyakan siswa mengeluh
akan beban materi yang harus dipelajari, tapi memang benar-benar tidak tahu
untuk semua materi yang diajarkan kecuali hanya untuk memenuhi isi buku dan rak
buku yang penuh + materi serta otak yang berjibun dengan rumus2 tapi tak pernah
tahu untuk apa. Mungkin ini pemikiran pragmatis, tapi inilah kondisi yang ada
saat ini.
Kepada para pengambil kebijakan negeri ini seyogyanya
mungkin lewat tulisain sedikit ini menggugah kita semua untuk memperbaiki
sistem pendidikan kita dengan pendidikan yang manusiawi sesuai dengan fitrah mansuia
yang ingin slelau belajar dan terus belajar
tanpa paksaan dari siapapun. Ya Allah semoga ini menjaid kenyataan.
(Solo, 2/5/2012)
ehmm..kalo gitu s2 dengan s1 bedanya apa akhi?
BalasHapusna pikir sistem kuliah s2 lebih menunjukkan inovasi pembelajaran.
statistik ya memang sangat dibutuhkan ketika antm nanti meneliti masalah2 pendidikan. Memang pendidikan kita masih membudayakan peserta didik adalah gelas kosong yang siap diisi dengan apapun, jadi penting g penting yang penting guru/dosen sudah memberikan semuanya yang dianggap penting .. jadi tak heran ilmu-ilmu yang qt dapatkan d skul/kamp seringkali hanya mampir sebentar di kepala kemudian menguap karena tidak ada aplikasi nyata antara teori dan realitas kehidupan. Sukses deh untuk pak sejarawan :-)