Senin, 04 Juni 2012

Peranan permusiman atas kegiatan ekonomi dan politik Mataram


Perjuangan Mataram dalam melawan pemberontakan di berbagai daerahnya sendiri dan kekuatan Belanda di Batavia serta berbagai tempat di Jawa secara insidental, tidak dapat dilepaskan dari irama permusiman di darat dan pergantian arus laut di laut Jawa. Musim-musim di darat mempengaruhi kesibukan ekonomi pertanian penduduk, jalanya pemerintahan kerajaan serta jadwal peperangan antar daerah. Adapun arus-arus di lautan mempengaruhi berlangsungnya kegiatan perikanan, pelayaran, transportasi dan ekspor aneka bahan serta gerak angkatan laut. Disamping itu semua, peranan angkatan laut besar.

Sehubungan hal-hal disebutkan diatas maka strategi Sutan Agung sebenarnya cukup pelik dan erat, karena harus selalu memperhitungkan kerumitan faktor alam yang seakan-akan ikut mengatur. Perlu dilihat kemungkinan kerjasama antara fungsi iklim dan relief daerah yang dapat menguntungkan atau merugikan strategi. Disamping itu tenaga manusia untuk bertani dan untuk bertempur harus ditinjau keseimbanganya pula di sepanjang tahun.
Dari buku tulisan Fruin-Mess (dalam N.Daldjoeni, 1992: 174) tentang sejarah Tanah Jawa dapat disimpulkan bahwa selama pemerintahan Sultan Agung setiap musim atau mangsa Jawa mengandung semacam jadwal kegiatan demikian. Pada mangsa rendheng/ hujan (Desemner-Maret) tidak diadakan perang karena pertanian padi masih diusahakan. Pada mangsa mareng (April-Juli) terjadi pengumpulan bahan panen khususnya padi yang dituai sekitar bulan April-Mei. Peneriman tamu-tamu dari luar negeri, dalam hal ini utusan VOC (Van Zuerck, Maseyck, dan De Haan) juga terjadi pada musim tersebut yang makmur itu. Dalam mangsa ketiga/ kemarau (Juli-Septemer) dilakukan serbuan-serbuan ke daerah yang memberontak. Adapun dalam mangsa labuh (Oktober-November) peperangan dihentikan untuk mengatur pemerintahan daerah, melangsungkan kegiatan rutin pertanian atau pemboyongan penduduk dalam rangka menghukumnya.
Mengenai kondisi lautan perlu dipahami terlebih dahulu bahwa angin musim barat yang mendatangkan musim penghujan dan arus timur yaitu arus laut yang bergerak dari Malaka ke Maluku. Sebaliknya angin musim timur membawa musim kemarau dan arus barat yakni arus laut dari Maluku kemali ke Malaka. Arus-arus laut tersebut paling kuat geraknya pada bulan Desemer-Januari (arus timur) dan pada bulan Juli-Agustus (arus barat), sedang dalam musim-musim pancaroba, yang terjadi pada sekitar bulan Mei-Oktober, keadaan angin dan arus dapat berubah-ubah arahnya (N.Daldjoeni, 1992: 174).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar